Pernahkah Anda
disakiti oleh orang lain? Jika Ya, introspeksi dirilah mungkin Anda (juga) pernah
menyakiti orang lain. Orang lain yang pernah menyakiti, sejatinya tak ingin
disakiti (juga). Ataukah Anda sendiri yang pernah menyakiti orang lain?. Jika Ya,
maka segeralah meminta maaf dan introspeksi diri.
Pertama, evaluasi.
Apa yang kita lakukan, sejatinya akan kembali pada diri kita (juga). Semua
memenuhi hubungan kausalitas. Apa yang kita perbuat, akan mendatangkan akibat kepada
diri kita. Sebesar atau sekecil apapun perbuatan kita, baik atau buruk semua
akan menimbulkan akibat. Sebagaimana firman Allah: “Barangsiapa yang
mengerjakan kebaikan seberat dzarrah (biji atom), niscaya dia akan menerima
(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah (biji
atom) pun, niscaya dia akan menerima (balasan)nya”. (QS. Al Zalzalah: 7-8).
Langkah terbaik
setelah suatu kejadian menimpa diri kita, baik itu hal yang menyenangkan atau
bahkan menyakitkan sekalipun adalah ridho, ikhlas, terhadap apa yang menimpa
diri kita. Berbaik sangka kepada Tuhan, bahwasanya seindah apapun rencana kita,
akan lebih indah rencana Tuhan untuk kita. Langkah selanjutnya adalah
bertafakkur dan mengevaluasi diri. Kita tidak pernah rugi sedikitpun dengan
membiasakan mengevaluasi diri dengan cara yang positif.
Ketika kita ingat
pada kekurangan dan kesalahan diri, jangan lantas itu membuat kita berputus
asa. Karena sesungguhnya, jika mampu bersikap jujur melihat diri kita dengan
segala kekurangan dan kelebihannya, maka itu adalah karunia yang besar dari
Tuhan untuk hamba-Nya. Karena tidak semua orang dikaruniai kemampuan untuk
melakukan hal itu. Kejujuran melihat diri sendiri adalah pintu gerbang menuju
perbaikan diri menjadi pribadi yang tangguh dan berkualitas serta tidak cengeng
menghadapi realitas yang terjadi dan menimpa diri.
Evaluasilah diri
kita sendiri saat disakiti oleh orang lain. Jangan-jangan kita pun telah banyak
menyakiti orang lain. Tidak ada bentuk kedzaliman yang kita lakukan kepada
orang lain kemudian kita tidak meminta maaf dan memohon ampun kepada Allah,
melainkan kedzaliman itu akan berbalik kepada diri kita sendiri. Jadikan setiap
peristiwa yang menimpa diri kita sebagai kesempatan untuk mengevaluasi diri,
sehingga kita bisa berubah menjadi insan yang lebih baik lagi dari hari ke
hari.
Kedua, Sabar,
Tegar, dan Tawakal. Ilusi-ilusi negatif terkadang menghinggapi seseorang yang
pernah mengalami peristiwa yang membuat hatinya terpukul. Bila sudah terkena
ilusi negatif, maka hati akan memberikan reaksi terhadap berbagai pengaruh dari
luar, seperti perasaan takut, marah, merasa terganggu karena hal-hal yang
menyakitkan yang menimpa dirinya atau keindahan dan kenikmatan yang hilang
darinya. Semua itu akan menenggelamkannya di dalam kesedihan. Maka, bersabarlah
dan sandarkan hati pada sang Pencipta hati, sang Pemberi Rasa, dan
bertawakallah pada-Nya. Firman Allah: “Wa man yatawakkal ‘alallah fahuwa
hasbuh” (“dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan.”
QS. Ath-Thalaq: 3)
Orang yang
bertawakkal kepada Allah, hatinya akan kuat, tak dapat digoncang oleh peristiwa
yang menimpa diri, tak dijangkiti prasangka buruk, tak dihinggapi rasa dengki,
sebab Allah-lah yang menjamin sepenuhnya orang yang bertawakkal pada-Nya.
Dengan demikian, hilanglah kesedihan dan kegelisahan. Kesulitan berubah menjadi
kemudahan, kesedihan menjadi kegembiraan, perasaan takut menjadi rasa aman, dan
kegelisahan menjadi ketenteraman.
Kepada jiwa yang
pernah tersakiti, saya mohon maaf. Dan kepada jiwa yang pernah menyakiti, saya
ikhlas memaafkan sebelum dimintai maaf.
Wallahu a’lam bish
showab.
Semoga bermanfaat.
Padang, 12 November 2013
Pasti hampir semua orang bernah di sakiti entah disakiti teman, sahabat atau kekasih. Ya, bersabar dan curhat kepadaNYA adalah jalan keluarnya :)
ReplyDeleteYap!! Betul sekali. Fitrah manusia tentu pernah yg namanya disakiti atau menyakiti. Jalan terbaik adalah curhat kepada Tuhan, selain berbagi cerita dengan sahabat, asal jangan berbagi penderitaan ya hehe :)
Delete