Semburat mentari senja yang
menjingga terpancar dari sela-sela jendela. Dari arah dapur, mengepul asap
aroma masakan ibu. Kedatanganku pagi ini, disambut ibuku dengan kegembiraan
yang terpancar dari wajahnya yang mulai menua. Setiap aku datang – pulang kampung
– ibu selalu memasakkanku dengan masakan kesukaanku. Makanan kesukaanku cukup
sederhana. Dessert – makanan penutup – kesukaanku adalah bubur kacang hijau.
Sore ini, ibuku membuatkan bubur
kacang hijau spesial. Aroma khasnya tercium hingga kembali menggugah selera
makanku. Sendok demi sendok kumakan bubur kacang hijau buatan ibuku. Mendadak
aku teringat pada memori masa lalu dimana masa kecilku dulu aku suka
mengejar-ngejar penjual bubur kacang hijau keliling yang berkeliling menjajakan
bubur kacang hijaunya di desaku. Namanya pak Sungkono. Bubur pak Sungkono
merupakan favoritku kala itu. Semangku bubur dulu dihargai Rp. 100 saja. Sekarang,
tak tau dimana rimbanya pak Sungkono penjual bubur kacang hijau di masa kecilku
dulu.
![]() |
Sepiring Bubur Kacang Hijau |
Pernah suatu ketika, aku baru masuk
kuliah semester satu pada jenjang sarjana, ibu dan bapakku menjenguk ke tempat
indekostku dengan membawakan 1 termos besar bubur kacang hijau. Sontak aku
kaget, tak dinyana ibu dan bapak menjengukku ke kampus dengan membawakan makanan
favoritku.
Hingga saat ini, seleraku tak
berubah, bubur kacang hijau buatan ibuku tetap yang nomor satu. Bahkan saat aku
sudah beranjak dewasa dan mau berkeluarga. Masakan ibuku tetap nomor satu. Ini
yang membuatku kangen dengan kampung halamanku. Ibu, I love you so much. I love
you forever!
Batanghari, 14 Juli 2018
Batanghari, 14 Juli 2018
No comments:
Post a Comment