Oleh: Mustofa Abi Hamid, S.Pd.*
Selamat Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW |
Sudah
banyak tulisan dan pembahasan mengenai dalil-dalil tentang maulid nabi, seperti
tulisan “Perayaan Maulid Nabi dan Kontroversi Makna Bid’ah” ini. Terkadang umat
muslim terkungkung pada perdebatan bid’ah dan dalil yang membolehkan atau
melarangnya sehingga kehilangan esensi dan makna dari maulid nabi itu sendiri.
Dalam
tulisan ini saya akan berbagi mengenai esensi dan makna dari maulid nabi yang
setiap tahunnya kita peringati di seantero nusantara ini. Terutama di kalangan Nahdliyyin
dan pondok pesantren ini sudah menjadi tradisi rutin yang dilaksanakan setiap
tahunnya. Berbagai majelis taklim dan pengajian pun ramai melakukan peringatan
maulid ini, bahkan di Jawa ada tradisi khusus keraton, yaitu grebeg mulud
sebagai akulturasi budaya jawa dengan Islam, yang mana kebudayaan yang melekat
di masyarakat kemudian dimasukkan nilai-nilai keislaman di dalamnya. Seperti
kita ketahui bahwa Islam masuk ke nusantara terutama di Jawa melalui akulturasi
budaya sedemikian lembutnya Islam yang disebarkan oleh Wali Songo hingga
diterima secara luas hingga saat ini menjadikan Indonesia sebagai penduduk
terbesar beragama Islam.
Dalam kajian di pondok pesantren yang
saya dapatkan, meskipun saya belum pernah “mondok” selama bertahun-tahun
sekalipun, setidaknya saya pernah belajar ilmu alat gramatikal bahasa Arab yang
dikaji di pondok pesantren (Nahwu Shorof), bahwa kata Maulid, dalam
bahasa Arab, merupakan isim zaman/makan (kata yang menunjukkan arti
waktu/tempat) dari tashrif/kata walada-yulidu. Jika walada
berarti lahir, maka maulid berarti waktu kelahiran / tempat kelahiran. Dengan
demikian, yang dimaksud dengan istilah maulid nabi adalah hari saat nabi
Muhammad saw. dilahirkan, dan oleh karenanya, memperingati maulid nabi dapat
langsung diartikan memperingati hari kelahiran nabi Muhammad saw.
Sedikit mengingat catatan sejarah bahwa peringatan
Maulid Nabi awalnya dilakukan pada zaman dinasti Fatimiyyah tahun 300-an
Hijriyah. Lalu pernah digunakan untuk memompa semangat tentara Islam pada zaman
perang salib. Momen ini digunakan oleh Salahuddin Al-Ayyubi komandan Perang
Salib untuk membakar semangat kaum muslimin untuk kembali mengingat perjuangan
Muhammad Rasulullah dan para sahabatnya di segala bidang demi tegaknya Islam di
muka bumi. Melalui metode yaitu mengenang perjuangan beliau dan para sahabatnya
membangkitkan kembali semangat tentara Islam dalam perang salib hingga berhasil
merebut Jerusalem dari orang-orang Kristen. Akhirnya, setelah
terbukti bahwa kegiatan ini mampu membawa umat Islam untuk selalu ingat kepada
Nabi Muhammad SAW, menambah ketaqwaan dan keimanan, kegiatan ini pun berkembang
ke seluruh wilayah-wilayah Islam, termasuk Indonesia. Kita tidak perlu
merisaukan aktifitas itu. Aktifitas apapun, jika akan menambah ketaqwaan kita,
perlu kita lakukan.
Yang menjadi prinsip kita disini adalah
esensi. Esensi dari suatu kegiatan itulah yang harus kita utamakan. Nabi
Muhammad SAW bersabda : ‘Barang siapa yang melahirkan aktifitas yang baik,
maka baginya adalah pahala dan [juga mendapatkan] pahala orang yang turut
melakukannya’ (H.R.Muslim). Makna ‘aktifitas yang baik’ –secara
sederhananya– adalah aktifitas yang menjadikan kita bertambah iman kepada Allah
SWT dan Nabi-Nabi-Nya, termasuk Nabi Muhammad SAW.
Hikmah Maulid Nabi.
Hikmah Maulid Nabi.
Setiap
jejak laku manusia tak akan berguna jika tidak dapat mengambil hikmah dari apa
yang telah dilakukan. Dari peringatan maulid nabi ini, kita dapat mengambil
hikmah dan makna maulid nabi, diantaranya:
1. Meneladani akhlak Rasulullah SAW
Makna substantif yang pertama yang perlu
dikaji dari peringatan Maulid Nabi Muhammad saw adalah meneladani akhlak Nabi
Muhammad saw. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad saw: “innama buistu liutammima
makarimal akhlaq”, yang artinya: “saya diutus untuk menyempurnakan akhlak
manusia”. Nabi adalah teladan sempurna dalam berteologis, berritual, berakhlak
dalam kehidupan dan juga dalam relasinya dengan semua umat manusia, hablum
minallah, habblum minan-nas, dan habblum minal alam telah
dicontohkan oleh beliau. Bahkan seringkali Rasulullah disebut sebagai Al-Qur’an
berjalan, dimana esensi ajaran Al-Qur’an tercermin pada diri Rasulullah.
Maka sudah seharusnya setiap jejak
langkah hidup kita di dunia ini meniru dan mengikuti akhlaq yang telah
diajarkan oleh Rasulullah mulai dari hal kecil dalam kehidupan ini baik yang
menyngkut masalah ubudiyyah, muamalah, dll. Untuk itu, marilah kita kembali
meneladani akhlaq Rasulullah karena sungguh dalam diri Rasulullah terdapat suri
tauladan yang baik. Sebagaimana tercantum dalam Q.S. Al-Ahzab: 21
Q.S. Al-Ahzab: 21 |
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)”
2. Meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah
2. Meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah
Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk
menunjukkan kecintaan kita kepada Rasulullah, diantaranya dengan meneladani
akhlaqnya, mengikuti ajarannya, menjalankan sunnah-sunnahnya dan bersholawat
kepadanya. Tentunya dibalik semua ibadah-ibadah diatas ada keberkahan dan
anugerah yang akan diterima jika memang menjalankannya tulus karena mengharap
pahala dari Allah. Hadits berikut memberi penjelasan mengenai keutamaan membaca
shalawat, sebagaimana riwayat sahabat Ibnu Mas’ud Radliyallahu Anhu,
إِنَّ أَوْلَى اَلنَّاسِ بِي يَوْمَ
اَلْقِيَامَةِ, أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً
Orang yang paling utama berada denganku
kelak di hari kiamat adalah mereka yang banyak membaca shalawat kepadaku.
Sungguh keberkahan tiada tara bagi
siapa saja umat muslim diantara mereka yang senantiasa memperbanyak membaca
shalawat kecuali balasan pahala dari Allah dengan menempatkannya bersama Nabi
Muhammad. Maka di bulan rabi’ul awal ini kita senantiasa membaca shalawat
kepada Nabi Muhammad dan banyak mengerjakan ibadah-ibadah sunnah dengan maksud
dan tujuan mendapat keberkahan dan rahmat serta pertolongan dari Allah SWT.
3. Sebagai Syi’ar Islam dan Sarana Ibadah
3. Sebagai Syi’ar Islam dan Sarana Ibadah
Dalam Maulid Nabi tentu banyak sekala rangkaian ibadah di dalamnya, ini tentu menjadi salah satu syi’ar Islam dan ibadah guna meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Peringatan maulid Nabi yang setiap tahunnya diadakan tidak sekedar seremonial belaka, tapi juga di-ilmiahi agar bernilai ibadah, dalam rangka mensyukuri rahmat Allah SWT dan menunjukkan kecintaan kita terhadap Rasulullah. Di dalamnya sungguh padat dengan ibadah, seperti membaca al-Qur’an, shalawat, istighotsah, dzikir bersama, doa bersama dan ceramah agama. Tentu ini menjadi ladang pahala dan syiar Islam.
4. Melanjutkan Misi Perjuangan Rasulullah
Rasulullah sesaat sebelum wafat telah
berwasiat kepada sahabat dan umat yang sangat dicintainya, Rasul bersabda:
تَرَكْت فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا
مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ صلى الله عليه وسلم
– رواه مالك
“Aku tinggalkan pada kalian dua hal,
kalian tidak akan tersesat dengannya, yakni Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya
sallallahu alaihi wa sallam” (HR. Malik).
Rasul juga mewariskan misi perjuangan
kepada generasi penerus beliau, yakni para ulama’ dari masa ke masa. Mereka,
para ulama’ adalah pewaris para Nabi. Rasulullah SAW. bersabda :
وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ
اْلأَنْبِيَاءِ إنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا
وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ أَوْفَرَ – رواه
أبو داود والترمذي وابن حبان
”Sesungguhnya ulama’ adalah pewaris para
nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi ilmu.
Barangsiapa mengambilnya, maka ia mengambilnya dengan bagian sempurna.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibn
Hibban).
Untuk itu, mari kita memperjuangankan
agama Islam ini dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
dengan berpedoman pada Al-Qur’an, Hadist, serta Ijma’ dan Qiyas yang merupakan
ijtihad para ulama.
Apabila kita semua umat muslim di
Indonesia dapat menemukan makna dan esensi Maulid Nabi ini, serta menjalankan
agama Islam sesuai dengan tuntunannya, maka sudah barang tentu Indonesia akan
menjadi negara yang “baldatun toyyibatun wa Rabbun ghofur”. Indonesia
yang sejahtera, adil, aman, makmur, sentosa, serta dilimpahkan oleh Allah
berupa barokah kepada negeri tersebut.
Selamat memperingati Maulid Nabi Muhammad
SAW, 12 Rabiul Awwal 1435 H. Allahumma sholli ala sayyidinaa wa habibinaa wa
syafi’inaa wa qurrota a’yuninaa wa
maulanaa Muhammad wa ala alihi wa shohbihii wa sallim.
Wallahu a’lam bish-showab.
*penulis adalah Sekretaris Umum Pengurus
Cabang PMII Kota Bandarlampung; Wakil Ketua Umum Pimpinan Cabang IPNU Kota
Bandarlampung; dan saat ini tercatat sebagai Mahasiswa Pascasarjana Universitas
Negeri Padang.
Padang, 14 Januari 2014 / 12 Robiul Awwal
1435 H
Regards,
memperingati maulid nabi dapat langsung diartikan memperingati hari kelahiran nabi Muhammad saw
ReplyDelete---
berarti sama dengan merayakan ulangtahun ya Pak? :)
ya, kurang lebih seperti itu mas Ari :)
ReplyDeleteMas.. Salam
ReplyDeleteTulisan Mantab, Berkunjung Ke blogg ku ya..hehehe
http://catatanbocahperiang.blogspot.com/